11/21/12

Cara berwirausaha ala Bimbingan Konseling


"Orang tua saya belum punya uang og,,Pak"
Itulah jawaban dari beberapa siswa saat ditagih dalam hal pembayaran. Memang sangat memilukan bila mendengar jawaban seperti itu. Bukan karena kemiskinan orang tuanya yang mengiris hati, tetapi alangkah sayangnya usia yang beranjak dewasa, ternyata belum diimbangi dengan pola pikir atau cara pandang yang berkembang menuju kedewasaan itu sendiri. Mereka hanya bergantung pada kemampuan orang tua semata, padahal mereka mempunyai potensi untuk membantu meringankan beban orang tua mereka pada saat ini.
Tanggung jawab sebagai pendidik untuk memberikan motivasi, penyadaran dan pencerahan semacam ini yang kurang kita lakukan. Menurut saya siswa itu seperti mercon (eh... petasan ding ). Mereka mempunyai daya ledak yang sanggup mengagetkan lingkungan sekitar, jika mereka pada posisi dan situasi yang tepat. Tetapi jika sebagai seorang pendidik saja, kita tidak mampu untuk menemukan sumbunya dan menyalakan api padanya, maka mereka tidak akan pernah kemana-mana itulah kenyataannya.
Saya sering mengatakan pada peserta didik saya seperti ini 
" Lihatlah dirimu, kalau saat ini orang tuamu mengalami kemiskinan jangan salahkan Tuhan dan orang tuamu. Tuhan hanya mengajarkan kepadamu bagaimana cara menjadi miskin. Jika dirimu tidak pernah belajar dari kemiskinan orang tuamu maka kamu akan miskin seperti mereka. Segera bangun dan keluarlah dari zona nyamanmu, Karena sesungguhnya Tuhan ingin memuliakanmu dengan cara-cara yang tidak kamu sadari "
Apakah yang saya katakan itu berhasil...entahlah, yang jelas saya hanya mencoba untuk mencari sumbu mercon itu. Sedangkan untuk menyalakannya saya punya cara yang saya sebut cara berwirausaha ala Bimbingan Konseling.
Suatu hari seorang peserta didik saya duduk termenung di bawah pohon Juwet / Duwet / Jamblang / Disambiguasi, Melihat keadaan itu siswa yang berjenis kelamin laki-laki itu saya dekati.
" Awas kesurupan lho..." kata saya ( Pohon Jamblang konon katanya tempatnya dedemit...he...he...he...)
" Eh....Pak Lis" kata siswa itu (sebut saja namanya AKASIA...he...he..he...) sambil agak menggeser duduknya, lalu sayapun ikut duduk
" Ada apae...sawanganya (kelihatannya - red), lagi galau"
" Ndak ada apa-apa og, Pak" jawabnya ngeles
" Wajah semrawut begitu kok ndak ada apa - apa, putus yaa...?"
" Ndak og pak, ndak punya pacar" jawabnya sambil agak tertawa kecil.  ( tertawa besar = ngakak - red)
" Lha tyus mi apa...?" (Hyakakkkkk....)
" Mie yabi "  (Wkwkwkkkkk...)  => kembali ke Lap...Top
" Kamu belum bayar SPP yaa...?" tebak saya sekenanya
" Iya Pak...soalnya ortu belum panen?" jawabnya memelas
" Begini lho Kas , rumah kamu dekat sawah apa tidak?"
" Dekat Pak, malah mepet sawah "
" Sekarang di daerahmu musim apa ?"
" Musim apa yaa, lha wong belum panen og Pak. Hujan saja baru beberapa kali "
" Di daerahmu ada hewan yang namanya Jangkrik?"
" Banyak..., emange knapa Pak?"
" Saya punya ide bisnis yang lumayan OK, buat kamu"
" Bisnis apa " tanyanya penasaran
" Yaa...bisnis Jangkrik tadi" jawab saya serius
" Hyakakakkkk...Pak  Lis...Pak Lis...Jangkrik di buat bisnis."
" Apa ndak boleh" tanya saya
" Bukan begitu pak, beternak jangkrik itu sulitnya minta ampun, belum lagi saya harus sekolah, repot ngurusnya pak...kelihatannya kok gimana gitu "
" Lha yang nyuruh beternak siapa?"
" Kata Pak Lis tadi..."
" Saya hanya ngomong bisnis jangkrik, apa bisnis mesti beternak?"jawab saya, dan gantian dia yang mlongo.
" Gini lho Kas, saya itu punya ide sederhana dan pastinya kamu bisa, dengerin yaa...?" ia mengangguk
" Berapa sering jangkrik di desamu itu diburu dan di buru berapa orang"
" Tiap malam Pak, hanya beberapa orang sih..., tapi dapetnya banyak bisa puluhan"
" Terus diapakan jangkrik itu"
" Kadang diadu atau buat menakuti tikus"
" Kalau jangkrik itu di jual biasanya laku berapa?"
" Ndak usah beli Pak, lebih enak cari sendiri"
" Misalnya dibeli harganya berapa?"
" Paling lima ratus atau malah lebih murah, soale banyak yang tidak di jual og pak"
" Baiklah sekarang saya jelaskan padamu sistem bisnisnya. Tugas kamu yang pertama adalah membuat tempat jangkrik dari bambu sebanyak 20 kamar. Lalu kamu mencari Jangkrik setidaknya 20 ekor perhari, kamu bisa mencari sendiri atau membeli dari temanmu, kalau saran saya kamu sebaiknya membeli saja dari temanmu, nanti tak modali. Jangan lupa usahakan harganya tidak lebih dari Rp 500, Setelah tempat jangkrik jadi isilah dengan jangkrik yang berjumlah 20 ekor tersebut. Kemudian jual jangkrik itu kepada saya seharga Rp 700 dan tempat jangkrik tersebut berikan secara gratis pada saya. Lalu setiap pagi bawalah jangkrik itu kerumah saya jangan lewat jam 6.30. sampai disini kamu mengerti?"
" Mengerti Pak, tetapi Jangkrik sebanyak itu untuk apa Pak?" jawabnya agak bingung
" Saya mencoba menjadi perantara dirimu dengan pedagang yang sesungguhnya. Saya tidak mengambil keuntungan dari hal ini. Kalau misalnya jangkrikmu nanti di jual pedagang dengan harga Rp 1000 atau Rp 1200 kamu jangan mencoba untuk menjualnya sendiri, karena jika kamu sabar dan ulet keuntunganmu adalah = Rp 200 x 20 = 4000 x 30 = 120.000/bulan lumayankan?"
"Trus siapa yang mau beli ,Pak?" tanyanya
"Target pasarnya adalah Siswa Sekolah Dasar dan anak - anak TK, bahkan nanti jika sudah berjalan tidak hanya satu orang pedagang saja yang saya hubungi, makin banyak makin baik. Dan sekali lagi saya tidak mengambil keuntungan dari usaha ini. Tujuan saya hanya ingin meringankan bebanmu dengan cara sederhana tanpa meninggalkan kegiatan sekolah, Bagaimana?"
" Saya siap Pak"?
Itulah yang saya maksudkan cara berwirausaha ala bimbingan konseling. Contoh seperti diatas sering saya terapkan kepada mereka. Saya memberikan ide, memberi tahu cara pencapaiannya, serta saya memfasilitasi usaha tersebut hingga usaha itu berhasil di laksanakan pada akhirnya dan saya tidak meminta keuntungan.
Kadang - kadang  saya memberikan informasi pekerjaan sambilan pada mereka dan sekaligus mengantarkan mereka untuk menemui bossnya. Banyak pekerjaan yang ditawarkan pada saya atau pada mereka sendiri misalnya : Menjaga Counter Handphone paruh waktu, Mencanting Batik, Caddy Golf, atau Jaga Angkringan, dll. Namun saya sangat selektif dalam hal ini, yang jelas selama pekerjaan itu bisa dibawa pulang, Pemilik usaha mempunyai karakter baik dan memberi toleransi, serta pekerjaan itu tidak mengganggu aktifitas belajar mengajar peserta didik. Maka pekerjaan itu biasanya saya sarankan.
Lalu Apakah tugas saya berhenti sampai disitu, tentu saja tidak. Ada beberapa fungsi BK yang harus saya lakukan secara terus menerus yaitu :
1. Pencegahan
2. Pemahaman
3. Perbaikan
4. Pengembangan dan pemeliharaan
Karena jika 4 fungsi ini tidak saya terapkan, takutnya mereka melupakan tujuan awal yaitu ingin meringankan beban orang tua mereka.
Demikianlah ... Entah bagaimana cara pandang anda tentang cara saya ini, hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas tugas kita adalah mencari "sumbu" potensi anak - anak kita berada, kemudian bakarlah dengan sepercik api. Jika nanti dia meledak sempurna,,,,berbanggalah. Tetapi jika tidak sesuai harapan cobalah sekali lagi. One more time...again....and again...
Terimakasih.



No comments:

Post a Comment