7/31/18

Bunga malam

Suara serigala menyalak garang
Darah pekat tercium anyir
Bayang hitam melintas pelan
Kabut turun seiring pertempuran
Perang ini sungguh laknat
Bangkai berserakan ditiap penjuru
Secangkir darah saudara sendiri
Pemuas nafsu iblis hakiki
Senapan ini sudah tak berpeluru
Cacing tanah menunggu ragaku
Kilat melesat terang benderang
Petir menggelegar liar
Gemerisik daun bambu
Tak mampu sembunyikan risauku
Mendung bergulung bersenandung
Peluh basahi sekujur tubuh
Tiba-tiba...
Di tengkuk ini kokang berbunyi
Aroma mesiu lolosi nyali
Dorr....
Wahai Tuhanku matilah aku
Coba kuraih pekat gulita
Akhirnya kugapai guling bulu angsa
Aku terbangun...

Senggama

Ranjang ini masih basah
Oleh desah membuncah
Hentak nafas menderu
Seiring punggung kaku membeku
Tersengal sepenggal demi sepenggal
Mendayu lagu nafsu
Merajut saling bertaut
Berlari mencari nikmat ragawi
Detak jantung berirama syahwat
Bernyanyi antara lelehan keringat
Desah puja dan mantra cinta
Berpadu dengan derit asmara
Wahai tulang rusuk jelita
Mari meraih surga sukma
Buka pintu itu usah malu-malu
Ijinkan panah cinta bersemayam disana

Kemarau

Siluet jati tak berdaun
Kurus menghitam hiasi petang
Bunganya kering tampak merana
Sesekali tergoyang diterpa angin sore
Petang datang mengganti siang
Panjer sore mengangkasa sedari tadi
Merdu Adzan dihembus angin dingin
Kelelawar mengangkasa dengan sedihnya
Kemarau ini sungguhlah payah
Buah ranum hilanglah sudah
Gersang padang ilalang
Burung malam beranjak datang
Siluet pohon jati depan rumahku
Meranggas bersama waktu
Gugur daunnya menutupi bumi
Seiring keringnya cinta dimusim ini

7/30/18

Kopi Pahit

Secangkir kopi pahit
Meluncur liar di kerongkongan
Mengelus halus ujung perasa
Mengombak segala rasa
Mata menyala terganjal Kafein
Aroma menyusup rongga udara
Rasa asam mengikat kuat
Semburat gurih di tunas lidah
Panas H2O berpadu bubuk hitam
Laksana mesiu dengan meriam
Pahitmu menghangatkan
Rasamu dirindukan
Walau rasa gula tak ada disana
Ku menyukaimu apa adanya

Celeng (Babi Rusa)

Kuintip dirimu di lubang peluru
Kususuri tapak jejak liuk lakumu
Kusibak tiap rimbun semak-semak
Berharap dengusan nafas liar memudar
Naluri ini terus memburu
Nafsu manusiawi terus membayangi
Makin kau jauh gelisah mengikuti
Berharap di satu waktu
Puncak rindu bertemu di satu penjuru
Pelan langkah mengeja suara
Detak jantung mengayun lirih
Hati kutata bak petapa
Dikau kuintip di lubang nyawa
Kumengendap perlahan sangat
Mendekap gelisah dahi berkeringat
Terus merayap abaikan penat
Pelatuk menghujam pelor melesat
Door....
Ah... sial... meleset... payah
Mbedil celeng memang susah

Letih

Hari ini aku capek ...
Lelah untuk mewarnai waktu
Tersengal mengejar mimpi
Jatuh terjerebab di lubang masa
Otak ini terikat ilusi
Didekte semu fatamorgana
Mengikat waktu dengan tali cita-cita
Hari ini aku capek ...
Jemari menulis nasib sendiri
Mencoba menggiring takdir
Egois melukis di kain kehidupan
Angkuh memeluk urat nadi
Mengawang dengan deretan luka
Terlelap dipelukan nestapa
Terlena oleh jumawa
Hari ini aku mengerti ....
Saatnya singkirkan debu duniawi
Memeluk ikhlasnya kegagalan
Belajar menerima apa adanya
Diatas sana Dia hanya berkata
Kembalilah ke kodratmu wahai manusia
Semoga mendewasa bersama masa

Lautan Harapan

Lautan biru rasamu yang dalam
Kusebar jala kasmaran
Mengharap sebutir mutiara cinta
Terjaring di pelayaran hati
Perahu ini masih mencoba arungi
Mistisnya samudra gelisah
Kukibarkan bendera kasih sayang
Layar pengharapan kubentangkan
Semoga musnahlah gelombang sumbang
Semoga angin merestui cita - cita
Semoga peta rencana tidak berdusta
Hingga saat bercengkrama nanti
Berlabuh di dermaga hati

7/26/18

Buah Hati

Wahai bunga dimana rasaku ingin kusandarkan
Aroma asmaramu sebarkan candu-candu rindu
Semburat kelopak merona mempesona
Ingin kuikat hasrat di tiap tangkai anggunmu
Diterik siang bergelimang sinar perkasa
Tongkat gelisah ini masih mencari rekahan hati
Agar menancap di akar-akar mimpi
Hingga kuntum-kuntum cinta terjalin di jiwa
Akankah rasa mengangkasa bersama harap
Ataukah tenggelam di asa yang terbenam
Karena warna kasta kita berbeda
Hayal sajalah penawar gundah gulana

Asmara Narapidana

Selamat siang sayang
Dibalik cat kusam jeruji bui
Kuharap aku hadir dimimpimu
Masihkah peraduan itu ada gambarku
Bersama bantal cinta selimut rindu
Beterbangan hayal disanubari
Kurangkai pudar mozaik wajahmu
Coretan gelisah dinding penjara
Kulampiaskan segala sakwasangka
Wahai juwita...
Hanya potret tua penawar dahaga
dibalik karat jeruji asa menjelma
Asmara terkurung ini hampir binasa
Akankah perahu goyang di tanah seberang
Sungguh jarak memupus pengharapan
Namun kucoba membendung gelisah
Jiwaku lelah bernanah sudah
Wahai pelita...
Riuh kicauan semu bertengger prasangka
Usah tergoda mendua asmara
Semoga kau masih sirami tanaman cinta
Hingga masa merdekaku tiba
Met bobok sayang
I love you...

7/25/18

Album Kenangan

Buku kalbumu kubuka perlahan
Kudaki pelan lembaran halaman
Kisah tersusun dimasa silam
Tertata rapi dalam goresan
Pena asmara menyusun kalimat
Merangkai kata bagai azimat
Mendamba asa tampak tersirat
Memendam rindu teramat sangat
Aksara tinta berbalut rasa
Kubaca jua untaian cerita
Jemari menari mata mengeja
Aneka kisah waktu yang lama
Tiap baitmu dibuku itu
Mengharu biru lidahku kelu
Huruf tertata berbalut rindu
Mati segan hidup tak mau
Ijinkan hamba menulis jua
Sepenggal saja syair asmara
Mantra cinta penawar luka
Agar hilang duka nestapa...adinda

Pusara

Hari ini daku kekotamu
Mencoba merapal alamat lama
Merajut kembali tirai kenangan
Kususuri tiap jengkal aspal
Rapi berjajar pohon asam jawa
Disana kisah kita bermula
Serindang dedaunannya
Sangat masam pada akhirnya
Ku kayuh harapan bersua dirimu
Keringat rindu menetes sudah
Nafas gelisah disore yang cerah
Detak jantung meluncur tak teratur
Ah... Akhirnya
Jalan rumahmu masih berliku
Gerbang tua dengan bunga-bunga
Kuberlari melepas rindu
Nisan tua bertulis namamu
Sayang... Aku datang...

7/24/18

Perang

Lihatlah... bendera telah berkibar, layar sudah dikembangkan, sang nahkoda di depan roda kemudi bersama kompas beserta peta samudra dan benua ...semoga angin darat merestui perjalanan perahu ini...Mari tabuh genderang perang, agar iramanya menyemangati tiap relung urat nadi.. ..saatnya berlayar Kawan...

Fajar

Kabut berlarian di pelataran
Pekat gulita merangkak sirna
Kerling bening airmata bidadari
Turun ke bumi di pucuk cemara kering
Dingin menyeruak menyusup tulang
Halimun mendekap mengikat malas
Menggigil bibir sirnakan mimpi
Pudarkan derit ranjang di pagi ini
Air minum klorofil dedaunan itu
Perlahan basahi bumi
Bening embun sambut sang surya
Walaupun punah pada akhirnya

Mabuk Asmara

Lautan biru rasamu yang dalam
Kusebar jala kasmaran
Mengharap sebutir mutiara cinta
Terjaring di pelayaran hati
Perahu ini masih mencoba arungi
Mistisnya samudra gelisah
Kukibarkan bendera kasih sayang
Layar pengharapan kubentangkan
Semoga musnahlah gelombang sumbang
Semoga angin merestui cita - cita
Semoga peta rencana tidak berdusta
Hingga saat bercengkrama nanti
Berlabuh di dermaga hati

7/18/18

Kasmaran

Setitik nyala di ujung jalan
Temaram lentera teras rumahmu
Elusan sang bayu bertiup pelan
Iringi rembulan tinggalkan peraduan
Lihatlah petang merayapi gulita
Pekat memikat hewan malam datang
Gugur daun bambu gemerisik daun randu
Seirama dengan hasratku yang menderu
Dalam petang yang merayap datang
Masih kupandang teras rumahmu
Berharap hawa gersang ini membawa rinduku
Walau aku tahu...
Rasamu sekering kemarau berdebu

Labirin

Kucoba menyusuri labirin hati
Kususuri lorong penuh bunga-bunga
Kubuka tiap pintu rindu disitu
Mengharap ada secuil rasa disana
Sayang beribu sayang...
Labirinmu sungguhlah rumit
Kujumpa jutaan pahatan nama asmara
Tanya mengiring ditiap pintu yang terbuka
Adakah namaku kau jahit di tirai hatimu?
Entahlah...
Masih saja kutelusuri lorong hati ini
Berharap ada sekuntum bunga tertulis namaku disana.
Semoga asa tak selamanya berdusta

Gosip

Gemuruh menapak lewat suara
Bahananya menggelora tak berjeda
Riuh mengisi untaian risau
Bising mengiring di mimpi malam
Ah... kicauan ini sungguh laknat
Kini daku sekarat dalam penat
Payah....